Mobil pasir dikerahkan tim basarnas untuk menyusuri
pantai mencari tiga santri yang tenggelam di parangtritis, jumat (26/2)
BANTUL - Gara-gara nekat mandi di pantai, tiga santri
Pondok Pesantren An-Nur, Ngrukem, Pendiwoharjo, Sewon hilang terbawa arus dalam
kecelakaan laut di Pantai Parangtritis pada Jumat (26/2/2016) pagi.
Lurah santri Pondok Pesantren An-Nur, Fikal Mazid
menuturkan sejatinya 99 orang rombongan santri-santri putra pesantren tersebut
dari kelas IX MTs dan XII MA melakukan ziarah dan doa bersama jelang ujian
nasional dan berangkat pada Kamis (25/2/2016) malam pukul 21.30 dari pesantren.
"Mereka berangkat dengan tiga bis, didampingi
pengurus tujuh orang," ujarnya.
Mereka memulai ziarah di Dongkelan, Mlangi,
Pandanaran, hingga Magelang dalam satu malam. Untuk mengakhiri perjalanan,
mereka menuju Pantai Parangtritis untuk rekreasi dan sampai sekitar waktu subuh
hari.
"Kejadian ketika rombongan berjamaah subuh, dari
pendamping sudah menginstruksikan, tapi 12 anak melakukan aktivitas di luar
instruksi menuju pantai," tuturnya.
Dari 12 anak tersebut menurutnya enam anak bermain
terlalu berani hingga tengah sedangkan sisanya di pinggir pantai.
Sehingga saat ada ombak besar mereka yang bermain di
tengah terbawa arus, beberapa dapat menyelamatkan diri, namun tiga santri tidak
tertolong dan terbawa arus hingga menghilang.
Ketiga santri yang masih menghilang yaitu Muhammad
Fatih (15) asal Dabag II, Plumbon, Temon, Kulonprogo, kemudian Syaifuddin
Arrosyid (15) Jipangan, Mulyodadi, Bambanglipuro, dan Abdan Syakuro, Tegalarum,
Kunden, Karanganom, Klaten.
Muhammad Iqbal (15), salah satu santri yang selamat
dari 12 anak yang mendahului datang ke pantai mengungkapkan mereka tidak datang
mendahului ke pantai bersama-sama namun bergelombang.
Saat datang menurutnya mereka hanya lari-lari di
pinggir pantai lalu lama-kelamaan menuju ke laut untuk mandi hingga akhirnya
ada ombak besar yang menyapu.
"Saya sempat dengar Syaifuddin teriak minta
tolong, ada yang berusaha menyelamatkan malah terbawa arus, tapi bisa selamat
berenang sendiri," katanya.
Sekretaris SAR Parangtritis, Taufiq Faqih Usman
menuturkan lokasi tenggelamnya para santri adalah di sebelah barat berdekatan
dengan Parangkusumo.
Tim SAR, menurutnya, menerima laporan sekitar lima
menit setelah kejadian dan langsung berupaya melakukan penyelamatan, namun tiga
orang santri yang tenggelam sudah tidak terlihat lagi.
"Sisanya bisa menyelamatkan diri sendiri dengan
berenang," katanya.
Penyelamatan menurutnya terus diupayakan dengan
personil SAR, Sarlinmas, Polairud, TNI AL, Basarnas, serta komunitas-komunitas.
Korban tenggelam menurutnya diduga terseret oleh
adanya pusaran arus palung laut yang bisa terjadi sewaktu-waktu dan di
sepanjang pantai tersebut. "Pusaran palung bisa muncul empat sampai enam
lokasi," paparnya.
Satu dari tiga santri yang hanyut tergulung ombak
Pantai Parangtritis pada Jumat (26/2/2016) pagi sudah ditemukan dalam keadaan
meninggal dunia pada Jumat malam pukul 20.30.
Hal tersebut terkonfirmasi dari akun facebook resmi
Pondok Pesantren Tahfidz An-Nur dalam postingannya beserta gambar evakuasi jenazah
korban.
Jenazah santri yang ditemukan atas nama Abdan Syakuro
(15) warga Tegalarum, Kunden, Karanganom, Klaten.
"Satu korban santri An-Nur yang bernama Abdan
Syakuro (Klaten) sudah ditemukan dalam keadaan sudah meninggal," tulis
akun tersebut.
Pada saat penemuan diketahui pimpinan Pondok
Pesantren An-Nur, Kepala MTs An-Nur, Kepala MA An-Nur, sesepuh dusun Ngrukem,
pengurus Ponpes An-Nur bersama tim SAR Pantai Parangtritis tengah melaksanakan
mujahadah dan tahlil di halaman Posko SAR Parangtritis untuk mendokan
ditemukannya ketiga santri tersebut.
Penemuan jenazah Abdan juga dibenarkan oleh Komandan
SAR Parangtritis, Ali Sutanto. Evakuasi di malam hari menurutnya bisa segera
dilakukan karena jenazah korban mengapung hampir di pinggir.
"Korban terlihat oleh masyarakat yang ikut
melakukan pencarian terapung di tepi pantai," katanya.(*)