SUNGGUH luhur penemuan-penemuan teknologi yang diwariskan para pendahulu pada masanya. Jika pada abad lima dan seterusnya banyak ditemui peninggalan cagar budaya seperti candi, pada masa yang lebih modern, mereka mewariskan alat transportasi tradisional untuk memudahkan warga bepergian ke mana saja.
Di kawasan Muria, seperti Jepara dan Kudus, dikenal alat transportasi berupa gerobak kerangkeng yang menyerupai kurungan (kerangkeng). Gerobag kerangkeng memiliki bentuk yang sederhana. Terbuat dari bahan dasar kayu balok dan papan, bertiang empat, beratap dan berdinding sisi samping dan belakang berjeruji, serta berbentuk persegi panjang dengan dua buah roda dari kayu. Sedangkan posisi kusir biasanya berada di dekat pintu sebelah kanan depan gerobag.
Keunikan lainnya, penumpang naik dari bagian kiri depan gerobag melalui tangga kecil berbahan logam. Penumpang akan duduk dengan cara lesehan, mengingat gerobag ini tidak memiliki tempat duduk.
Bergeser ke Pati, gerobag sapi biasanya digunakan untuk mengangkut barang, sedangkan gerobag jaran untuk angkutan manusia. Sementara dokar banyak ditemukan tak hanya di wilayah Muria namun juga di Surakarta dan Pekalongan.
Di wilayah Blora dan sekitarnya, moda transportasi tradisional yang juga memanfaatkan tenaga hewan, kerap disebut dengan Saradan. Namun bedanya dengan gerobag, Saradan lebih sering dimanfaatkan untuk mengangkut kayu dari hutan. Adapun sebagai penarik Saradan adalah sapi.
ADS HERE !!!